Iron And Velvet Leadership
Anda
pernah mendengar tentang pemimpin bertangan besi? Gaya kepemimpinan ini tidak disukai, tetapi
pada masa lalu seringkali efektif. Tapi sadarkah kita bahwa para penyebar agama
adalah pemimpin yang sangat berhasil? Bayangkan, gurat kepemimpinà n mereka
masih bergema berabad-abad kemudian di antara jutaan pengikutnya. Kepemimpinan
mereka melintasi batas waktu dan batas geografis, menembus sekat-sekat rasial
dan kebangsaan.
Mereka
membongkar nilai-nilai yang ada dalam sebuah masyarakat dan menggantikannya
dengan nhlai-nilai yang baru, sebuah langkah yang sebenarnya tidak kenal
kompromi. Tetapi, mereka membungkus revolusi nilai ini dengan cara yang sangat
lembut, dan berhasil. Bandingkan dengan revolusi yang dilakukan para peminipin
komunis; mereka membongkar nilai lama dengan cara yang sangat keras, dan
penanaman nilai-nilai baru tak sepenuhnya berhasil.
Ketegasan
dalam memimpin yang dibungkus dengan kelembutan dapat diibaratkan sebagai iron grip
in velvet gloves - tangan besi di dalam sarung tangan beludru. Kepalannya
adalah kepalan besi, tetapi bungkusnya beludru yang lembut. Ini adalah suatu
bentuk kepemimpinan yang saya anggap canggih, suatu bentuk kepemimpinan tingkat
tinggi, yang di kantor kami sering disebut I-V [baca i-ve] Leadership.
Iron
and velvet leadership berarti pemimpin dituntut untuk tampil tegas, keras, dan
tidak mudah dibengkokkan. Namun, sebenarnya seorang pemimpin diharapkan untuk
tampil selembut beludru yang terasa sangat halus saat diusapkan ke wajah kita,
sehingga orang yang dipimpinnya mau mendekat, merasa nyaman, namun sadar bahwa
pemimpinnya tegas. la juga mempunyai kemauan, bijak, tidak bisa ditawar,
walaupun penampilan luarnya sangat lembut.
Dijaman
di mana demokrasi dijunjung tinggi dan sensitif terhadap HAM, sikap tegas yang
diungkapkan dengan cara yang keras tidak akan mengundang simpati. la bahkan
menimbulkan pembangkangan dan perlawanan sehingga kontraproduktif untuk saat ini.
Berbeda
dengan I-V Leader: Seorang pemimpin yang kuat, tetapi tidak kasar, berbudi halus,
tapi tidak lemah. Berani terbuka dan terus terang, tetapi tidak berarti kejam
tanpa perasaan. Banyak pertimbangan, tetapi tidak lamban. Rendah hati, tetapi
tidak rendah diri. Berpenampilan elegan, tetapi seperti syair lagu anak anak, “Baik
hati dan tidak sombong”. ini adalah sebuah gaya kepemimpinan yang telah diuji oleh jaman:
Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Tinggal bagaimana reaktualisasinya
dalam kehidupan masa kini.
Post a Comment