Header Ads

Sari Tempe, Kaya Nutrisi Menormalkan kadar Kolesterol

Bagi anda penikmat olahan kedelai maka informasi ini akan memberikan alternatif minuman dari hasil olahan tempe yang sangat kaya nutrisi dan berkhasiat menormalkan kadar kolesterol karena tempe banyak mengandung Isoflavon.

Isoflavon berperan dalam peningkatan aktifitas LDL reseptor , sehingga terjadi peningkatan pembuangan kolesterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhayatiet al.(2005) bahwa jumlah LDL reseptor aktif yang tinggi akan mempercepat pembuangan kolesterol LDL dari darah dan rendahnya kolesterol darah.

***

JAKARTA- Suka makan tempe tetapi tak mau repot menggoreng atau mengukus, kini sudah ada solusinya. Peneliti di Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) LIPI di Jogjakarta menghadirkan tempe dalam wujud baru, sari tempe kental manis. Tinggal menyeduh di air hangat, kandungan positif tempe sudah bisa didapatkan.

Tempe menjadi objek penelitian penting di BPPTK LIPI. Sejak 1980-an mereka konsentrasi meriset tempe menjadi aneka wujud dan bentuk olahan baru. Paling anyar BPPTK LIPI meluncurkan Qoir, sari tempe kental manis. “Qoir itu dari kata khoir. Yang artinya baik atau sehat. Tetapi diganti dengan Q,”  kata peneliti LIPI sekaligus salah satu inovator Qoir bernama Angwar di kantor LIPI Jakarta kemarin (28/11).

Angwar menuturkan riset dan pembuatan sari tempe kental manis sejatinya tidak rumit. Bahkan ibu rumah tangga juga bisa membuat sari tempe kental manis di rumah masing-masing. Namun ide mengolah tempe menjadi bentuk lain yang menarik dan berdayaguna, inovasi ini diganjar medali Innovator Awards LIPI 2015. Selain itu temuan sari tempe kental manis ini juga sudah mengantongi hak paten.

Dia menjelaskan bahan pokok pembuat sari tempe kental manis itu adalah tempe. “Kita pilih tempe yang super kualitasnya dan higienis,”  ujar lulusan Universitas Pasundan Bandung itu. Kemudian bahan-bahan campuran lainnya adalah gula, fruktosa (pemanis), dan air.

Cara membuatnya tempe dikukus lalu dihaluskan. Kemudian diperas hingga keluar sarinya. Setelah itu sari tempe tadi diproses menggunakan proses fisika. Dengan proses fisika itu, hasil sari tempe kental manis bisa awet sampai satu tahun. Proses terakhir adalah pengemasan di kaleng dengan takaran 220 gram.

Angwar mengatakan sekilas sari tempe kental manis mirip dengan susu kedelai. Namun dia mengatakan tempe memiliki kelebihan dari pada kedelai biasa. Menurutnya kandungan-kandungan di dalam kedelai seperti protein, lebih mudah diserap tubuh ketika sudah melalui proses fermentasi.
Dengan demikian dia mengatakan kandungan gizi sari tempe kental manis lebih mudah diserap tubuh ketimbang susu kedelai biasa.

Peneliti spesialis tanaman obat itu menuturkan tempe sangat kaya nutrisi. Diatara nutrisi yang paling dibutuhkan tubuh adalah kandungan proteinnya. Dengan mengkonsumsi tempe, bisa ikut mencegah seseorang terkena gizi buruk. “Sari tempe ini menjadi alternatif bagi orang yang suka tempe, tetapi tidak ingi ribet menggoreng dahulu,”  katanya.

Untuk penyajiannya, cukup menyeduh tiga sendok maka sari tempe kental manis ke air hangat. Kemudian tinggal diaduk dan diminum. Dalam satu takaran saji, mengandung nilai energi 158 kkal. Dia sekarang membuat sari tempe kental manis dalam dua varian, yaitu original dan coklat.

Angwar sempat membuat wedhang tempe dan meminum bersama-sama. Rasanya hampir mirip seperti susu kedelai. Tampilan airnya bening seperti teh untuk yang original dan berwarna coklat untuk yang rasa coklat. Awal Januari lalu perusahaan lokal bernama Umiyako Java Food menjalin kerjasama untuk memproduksi masal. “Mereka sekarang riset pasar dulu, kemungkinan bulan depan diputuskan produksi massalnya,” pungkasnya.

Ketua Yayasan Masyarakat Sadar Gizi Tirta Prawita Sari menyambut baik inovasi olahan tempe dari peneliti LIPI itu. “Yang terpenting tidak ada penambahan zat-zat kimia berbahaya di dalamnya,” katanya di Jakarta kemarin. Zat kimia yang dia maksud itu seperti pengawet dan pewarna non makanan.

Menurutnya masyarakat tentu ada yang merasa bosen ketika dihadapkan pada olahan tempe yang itu-itu saja. Apakah itu digoreng, direbus, dibakar, atau dikukus. Tetapi ketika ada inovasi yang mengubah wujud tempe menjadi pasta (konsentrat), tepung, dan sari kental manis, tentu akan membuat penyuka tempe memiliki alternatif lain.

Tirta menjelaskan tempe memang menjadi salah satu sumber protein nabati yang bagus. Kandungan kedelai di dalam tempe, bisa mencukupi kebutuhan protein di dalam tubuh. Dia lantas mengingatkan masyarakat produsen tempe, supaya membuat tempe dengan bersih dan sehat demi kebaikan bersama. (wan/c10/kim)

Sumber: Jawa Pos edisi Jumat 29 Januari 2016.

Tidak ada komentar